RSS

Discovering One’s Passion from Childhood

16 Des

Setiap orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Sekolah terbaik, nilai-nilai akademik yang bagus, jurusan yang memudahkannya untuknya bekerja nanti, dan seterusnya. Wajar lah

Tapi, sering kali ekspektasi orang tua tidak terhenti sampai di situ. Banyak orang tua yang turut andil dalam menentukan anak masuk jurusan IPA atau IPS ketika SMA. Kalau masuk IPA, bagus, kalau masuk IPS, dikomentari “Wah, seharusnya ‘kan bisa masuk IPA.” Berapa banyak anak yang menuruti ‘dorongan’ orang tuanya untuk masuk IPA, lalu akhirnya lulus dengan nilai pas-pasan (padahal ia bisa ‘bersinar’ di IPS)? Belum lagi anak yang mengambil jurusan kuliah tertentu atas anjuran (dan desakan) orang tuanya, kemudian berakhir jadi pengangguran karena ia tidak menyukai bidang yang di-‘pilihkan’ untuknya.

Kadang kita lupa bahwa yang menjalani hidup adalah mereka sendiri (bukan orang tuanya). Mereka memiliki minat dan ketertarikan tersendiri yang, jika dipupuk dan didukung, bisa terarah kepada passion mereka. Dengan passion, mereka memiliki bahan bakar yang seolah tak habis-habis untuk menjajaki jalan yang mereka pilih. Dengan passion, mereka tidak ’bekerja’, tapi ’berkarya’. Dengan passion, mereka tidak ’sekedar melalui hari’, tapi ’hidup dari hati’. Dengan passion, kecukupan materi akan mengikuti.

Di masa kanak-kanak, kita tahu persis apa yang ingin kita lakukan, hal-hal yang kita sukai, hasrat yang ingin kita penuhi. Sayangnya, seiring beranjak dewasa, pikiran kita banyak diselubungi kekhawatiran: ’Bisa nggak ya, saya merealisasikannya?’, ’Masih pantas nggak ya, saya mengejar mimpi?’, ’Sebenarnya saya ingin sekali _____, tapi apa kata dunia?’ dan ujungnya ’Sudahlah, nggak usah menyusahkan diri sendiri. Cari amannya aja…’ (lalu kembali melakukan ’apapun yang bisa dikerjakan’ dan mengubur passion dalam-dalam).

Tidak ada yang salah dengan menjalani hari dengan melakukan ’apapun yang bisa dikerjakan’, karena itu sudah menjadi pilihan pribadi. Di dalam dunia nyata, memang tak semua orang dapat mewujudkan mimpi mereka. Tapi, setidaknya dengan mengetahui hal-hal yang menarik minat anak, Anda dapat membantunya menemukan ’tempat bahagia’-nya.

Dalam mengarahkan anak ke passion-nya, Prof. Bill Damon dari Stanford University merekomendasikan orang tua untuk melakukan hal ini:

  1. Selalu komunikasikan kepada anak bahwa setiap hal yang mereka lakukan adalah penting, sekecil apapun itu
  2. Amati, apa minat terbesarnya
  3. Tanamkan sikap optimistis dan pandangan positif terhadap hidup
  4. Berikan pengetahuan dan kesempatan untuk membantu anak Anda mendapatkan informasi atau ruang untuk mengembangkan minatnya

 

Love, love, love, love, love, love, love, love, love.

There’s nothing you can do that can’t be done.

Nothing you can sing that can’t be sung.

Nothing you can say but you can learn how to play the game

It’s easy.

There’s nothing you can make that can’t be made.

No one you can save that can’t be saved.

Nothing you can do but you can learn how to be you

in time – It’s easy.

All you need is love, all you need is love,

All you need is love, love, love is all you need.

♥ The Beatles

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Desember 16, 2011 inci Uncategorized

 

Tag:

Tinggalkan komentar